Indeks

Kisah Guru Patimpus, Sang Pendiri Kota Medan

Guru Patimpus
Monumen Guru Patimpus di Simpang Petisah Medan (Semedan)

Berita Medan Terkini – Kota Medan yang merupakan salah satu kota yang menjadi Kota besar dan memiliki sematan “Kota Metropolitan” di Indonesia. Seiring berjalannya waktu , Kota Medan merupakan salah satu kota yang megah dan maju di Tanah Air. Dibalik wilayahnya yang megah ini, ada sosok pendiri yang mulai dilupakan namanya dari rakyat Indonesia. Adalah Guru Patimpus.

Menurut seorang Aziz Rizky Lubis selaku sejarawan Kota Medan, Ia membahas secumit kisah dari Guru Patimpus. Aziz mengatakan Guru Patimpus berasal dari Tanah Karo, tepatnya di Ajijahe, Tiga Panah. Ia sendiri memiliki marga sembiring.

“Guru Patimpus ini merupakan sosok yang turun dari wilayah pegunungan Tanah Karo. Ada yang bilang dari Ajijahe, juga dari berbagai wilayah Karo. Namun yang pasti dia memang berasal dari daerah sana. Lalu saat itu ia turun ke wilayah-wilayah yang ada di Medan,” Sambung Aziz.

Usai turun ke wilayah Medan, Ia awalnya sempat bersinggah ke Kota Bangun, Wilayah Sunggal dan sekitarnya. Kemudian dia menikah dengan salah satu putri dari empat kedatukan yang berada di wilayah Deli.

Ia kemudian menikahi anak dari Datuk Hamparan Perak yang menguasai wilayah di Pulo Brayan. Lanjut, Guru Patimpus di berikan wilayah dan membuka perkampungan di antara sungai Babura dan Sungai Deli. Kampung itu dinamakan dengan Madan dan Medan Putri.

Kemudian wilayah itu merupakan wilayah yang ada di Hamparan Perak, tepatnya di sekitar Kantor Walit Kota, lalu gedung DPR hingga ke wilayah arah mau ke Glugur.

“Awalnya kampungnya hanya sebesar itu, Lalu beliau melanjutkan perjalanan ke wilayah Kota Bangun di Hilir sungai Lau Petani atau sungai Deli sekarang. Beliau disana bertemu dengan Kota Bangun yang terkenal atau yang dibilang sakti,” Tutur Aziz.

Aziz melanjutkan bahwa sosok Guru Patimpus menjadi seorang tabib. Dari sanalah awal nama Medan muncul.

“Guru Patimpus ini sebenarnya seorang tabib. Jadi tabib itu kan seperti orang yang bisa menyembuhkan penyakit, Itu sebabnya banyak versi bahwa Medan tersebut juga asal katanya dari Madan, Jadi Madan itu kalau kita lihat dalam kosakata bahasa Karo yang artinya sembuh, ” Ungkap Aziz.

“Nah siapa yang disembuhkan oleh Guru Patimpus ini yang disembuhkannya adalah satu dari 4 anak dari datuk ini. Diantara 4 itu ada anaknya yang sakit. Lalu dia datang, Kedatangannya dengan maksud untuk menyembuhkan dan ternyata sembuh,” pungkas Aziz.

Aziz mengatakan Kota Medan ini sudah berdiri dari tahun 1590. Saat itu etnis yang mendominasi Kota Medan adalah Karo dan Melayu. “Kalau dalam versinya itu kan dia kita ambil saja dari ulang tahun Kota Medan tahunnya 1590. Saat itu, umumnya di Medan hanya masyarakat etnis karo dan melayu. Itu etnis inti pada saat itu. Lalu datang ke wilayah itu seiring waktu, berdatanganlah berbagai etnis ke wilayah-wilayah tersebut,” Tutur Aziz.

“Kemudian dibuka lagi kampung seperti Kesawan, meskipun saat itu masih belum ramai. Maka sampai masa Belanda saja, Di awal kedatangan Belanda itu sekitar tahun 1800 an, Wilayah Kesawan tersebut katanya jika melintas kesana harus bawa kambing. Minimal 2 atau 3 ekor karena masih banyak harimaunya. Kambing itu tumbal, Jika ada harimau, kambing itu dilepaskan. Kampung yang lebih ramai adalah kampung yang dibangun oleh Guru Patimpus,”Ungkap Aziz.

Setelah perkembangan zaman, wilayah tersebut menjadi pusatnya sebab merupakan titik tengah Kota Medan. “Saya kira pembangunan desa yang dibangun oleh Guru Patimpus tersebut wajar karena menjadi titik tengah dan sekarang lebih maju karena hal tersebut, Kalau kita tarik itu memang titik tengahnya,” Pungkas Aziz.

seiring berjalannya waktu, sejarah dan kisah Guru Patimpus ini sendiri kian meredeup dikalangan milenial. Aziz berharap Guru Patimpus ini tak hanya menjadi sebuah monumen saja, Namun Pemerintah Kota Medan harus lebih peduli lagi dengan tokoh-tokoh pendiri kota ini sendiri.

“Ya harapan saya bahwa Guru Patimpus ini tak hanya dijadikan sebagai patung monumen, Patung yang monumental karena kita tahu bahwa ada patung Guru Patimpus, apalah arti sebuah patung meskipun memang patung tersebut menjadi salah satu ikon atau penanda untuk mengingat beliau,” Sambung Aziz.

“Lebih peduli lagi lah Pemko Medan, khususnya pada tokoh-tokoh yang berkaitan dengan Kota Medan dan kota itu sendiri.”

 

Exit mobile version